Categories
BUDAYA RENCANA

Menyaring nasib

Kereta demi kereta
berhenti di suatu meja pandu lalu.
orangorang menunggu giliran-
menyaring nasib dan kemungkinan.

seorang perempuan bersut biru
memberi isyarat
memintaku maju sedikit ke hadapan.

matahari di puncak bahang;
lapislapis skrub membaluti tubuh, tebal dan
labuh. begitu tangan dan kakinya tersarung
getah, tetap ia tenang dan betah.

hawa kereta dingin di skala tiga;
dia yang berkedap hangat di luar
aku di dalam yang berpeluh kuyup!

siang itu,
entah siapa menyaring siapa.

Aina Nabila Ahmad
Shah Alam

Categories
BUDAYA RENCANA

Non-Linear: Kita dan kata

Jauh dari buku
aku lebih ingin menekuni
halaman-halaman dirimu
sedang rindu menjadi keping penanda
menghentikanku di suatu lembar tanya;

“engkaukah yang tak mungkin selesai kubaca atau takdir sedang bercerita, “non-linear” antara kita dan kata?”

Kekasih, kutandai kau di situ,
di sebuah ruang jeda-
kerana sekali pun
aku tidak pernah akan tiba
pada peleraianmu.

 

Aina Nabila Ahmad

Categories
BUDAYA RENCANA

Senandika langit-laut

Langit tidak pernah tahu cara mencintai laut, ia hanya ingin menjadi yang paling lapang, menyuluhkan biru pada setiap denyut cuaca. Begitu awan awan berarak, adalah rindu langit-laut; seringkali menyimpan puing puing rahsia paling diam- yang hanya difahami semesta cinta.

Kata langit, “Beginikah caranya mencintai, berbagi tanpa mampu menyeberangi? Dan laut, meski pada jarak ini, tak ada yang benar-benar terpisah. Bukankah kita belum pernah gagal bertemu dan berkisah?”

 

Aina Nabila Ahmad

Categories
BUDAYA RENCANA

Kepada kekasih kupuisikan pertanyaan

 

di antara jarak dan sunyi
kataku, adalah dirimu-
yang bersembunyi
di debar dadaku.

di antara sunyi dan jarak
katamu, adalah aku-
yang berkepak
di semesta kalbu.

kekasih,
cahayaku bayangmu
bayangku cahayamu
lalu benarkah sunyi
tak sempat nyala
dan jarak pun padam
tak benar ada?

Aina Nabila Ahmad
Shah Alam